ReviewAnime

Dilema Etis dalam Hametsu no Oukoku tentang Kemajuan atau Kehancuran

Dengan latar belakang pergeseran dari sihir ke teknologi ilmiah, anime ini menghadirkan pertanyaan-pertanyaan kritis tentang moralitas kemajuan teknologi dan konflik antara tradisi dengan inovasi. Protagonis Hametsu no Oukoku, Adonis, membawa pemirsa ke dalam perjalanan pribadinya yang kompleks, di mana upaya balas dendam bertabrakan dengan pertanyaan etis tentang tanggung jawab individu terhadap perubahan sosial yang drastis.

Plot anime Hametsu no Oukoku atau The Kingdoms of Ruin berawal dari masa lalu, ketika sihir menjadi anugerah dari penyihir untuk membantu umat manusia. Namun, pergeseran dramatis terjadi dengan munculnya Ekspansi Gear, suatu kemajuan ilmiah yang membuat sihir dan penyihir menjadi usang. Kekaisaran Redia, yang memegang kendali kekuasaan, memulai perburuan tanpa ampun untuk memusnahkan semua penyihir, menciptakan konflik yang menghadirkan pertanyaan etis tentang harga dari kemajuan teknologi yang cepat.

Adonis, protagonis anime ini menjadi tonggak utama dalam cerita ini. Ia dulunya adalah murid seorang penyihir yang sangat dicintainya, saat melihat kehancuran penyihir oleh tangan Kekaisaran Redia. Dalam rangka untuk membalas dendam, penonton dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang moralitas balas dendam dan konsekuensinya. Sementara itu, cerita ini juga mengeksplorasi ketegangan antara tradisi dan kemajuan, memaksa karakter untuk menyeimbangkan antara melestarikan nilai-nilai budaya dan mengikuti arus perubahan. 

Moralitas Kemajuan Teknologi

Hametsu no Oukoku
Sumber: The kingdom of ruins fandom

Pada satu sisi, kemajuan ilmiah melalui Ekspansi Gear menciptakan dunia baru yang lebih maju, di mana sihir yang dulunya membantu umat manusia, kini menjadi usang. Namun, pertanyaan etis muncul seiring dengan keputusan keras Kekaisaran Redia untuk memusnahkan semua penyihir. Apakah manfaat kemajuan teknologi sebanding dengan harga moral yang dibayar dalam bentuk pengorbanan sosok ajaib yang dahulu dihormati?

Dalam konflik antara moralitas dan kemajuan, penonton dihadapkan pada pertanyaan tentang etika dalam penggunaan teknologi. Apakah manusia memiliki kewajiban moral terhadap makhluk ajaib yang mereka peroleh dari teknologi tersebut? Disamping itu, apakah tanggung jawab moral ada pada mereka yang memimpin perubahan teknologi yang menghancurkan elemen-elemen tradisional dalam masyarakat? 

Menyeimbangkan Antara Tradisi dan Kemajuan

Hametsu no Oukoku
Sumber: The kingdom of ruins fandom

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan Ekspansi Gear yang menjadikan sihir usang, muncul pertanyaan fundamental tentang harga nilai-nilai tradisional dalam wajah kemajuan teknologi. Para penonton dihadapkan pada konflik etis yang muncul dari ketegangan antara keinginan untuk memajukan masyarakat melalui inovasi dan tanggung jawab terhadap warisan budaya yang terkandung dalam praktik-praktik tradisional. Apakah masyarakat harus mengorbankan asal usulnya untuk mencapai kemajuan, atau apakah ada cara untuk menemukan keseimbangan yang memungkinkan perubahan tanpa menghancurkan esensi budaya?

Sementara beberapa karakter mungkin melihat kemajuan sebagai kunci untuk pembebasan dari belenggu masa lalu, karakter lainnya mungkin merasa terpanggil untuk melindungi dan mempertahankan tradisi mereka. Dalam narasi ini, Hametsu no Oukoku memberikan penonton kesempatan untuk merenung tentang nilai etis yang terlibat dalam memutuskan antara mengikuti arus kemajuan atau menjaga akar budaya. 

Mempertanyakan Otoritas dan Fanatisme

Hametsu no Oukoku
Sumber: The kingdom of ruins fandom

Penonton disajikan dengan gambaran tentang otoritas yang bersifat absolut, yang memberikan kontribusi pada penciptaan konflik utama dalam cerita. Pergulatan Adonis melawan kekuatan tirani ini memunculkan pertanyaan mendalam tentang etika di balik tindakan otoriter. Sejauh mana otoritas dapat diterima tanpa mempertanyakan moralitasnya? Bagaimana fanatisme dapat mengaburkan batasan etika dan memicu tindakan ekstrem yang mungkin merugikan banyak pihak?

Dalam konteks ini, anime ini memberikan penonton kesempatan untuk merenung tentang konsekuensi etis dari penyerahan diri secara buta kepada otoritas yang korup. Munculnya fanatisme yang diperlihatkan oleh Kekaisaran Redia memicu pertanyaan kritis tentang tanggung jawab moral individu terhadap tindakan yang mungkin bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Apakah mengikuti otoritas yang tangguh selalu benar, atau apakah ada saat-saat ketika resistensi terhadap tirani menjadi tindakan yang lebih etis? 

Hametsu no Oukoku menawarkan tidak hanya petualangan fantasi yang mendebarkan, tetapi juga refleksi mendalam tentang dilema etis seputar kemajuan dan kehancuran. Dalam membangun dunianya yang unik, anime ini berhasil mengajukan pertanyaan-pertanyaan esensial tentang dampak sosial, moralitas, dan konsekuensi dari perkembangan teknologi. Pergeseran dari sihir ke ilmu pengetahuan melibatkan pemirsa dalam pertarungan antara tradisi dan kemajuan, memaksa kita untuk mempertanyakan nilai-nilai kemanusiaan dan etika di balik setiap tindakan.

Melalui karakter utama, Adonis, kita menyaksikan kompleksitas perjalanan moral yang mencakup balas dendam, pertarungan antara kebenaran dan tirani, serta pertanyaan mengenai harga dari kemajuan yang serba cepat. Seiring dengan pertarungan fisik dan sihir yang menegangkan, anime ini memunculkan pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang tanggung jawab moral individu, peran otoritas, dan pentingnya menjaga keseimbangan antara kemajuan dan nilai-nilai tradisional.

Sumber: myanimelist

(Visited 185 times, 1 visits today)

Kikitondo

Editor Mobileague dan Penulis spesialisasi artikel VTuber Corner, Penyunting Artikel Umum. Lulusan Penonton Anime, Holofans, tapi suka VTuber secara umum.