Lonely Castle in the Mirror: Bullying dan Masalah Sosial yang Dihadapi Anak Jepang
Kontributor: Fitri
Penyunting :Kikitondo
“Lonely Castle in the Mirror” menjadi narasi penting bahwa masalah bullying dan masalah sosial lainnya yang dihadapi anak-anak Jepang perlu mendapatkan perhatian serius. Melalui narasi yang kuat dan karakter yang kuat, anime ini menggambarkan pengalaman anak-anak yang terjebak dalam lingkaran kekerasan dan kesepian.
Anak-anak Jepang sering kali menghadapi tekanan dan penindasan di sekolah, yang dapat memiliki dampak yang merusak pada kesejahteraan dan perkembangan mereka. Salah satu karya populer yang menyoroti isu ini adalah anime “Lonely Castle in the Mirror”. Melalui cerita yang kuat dan mengharukan, novel ini membawa pembaca pada perjalanan emosional anak-anak Jepang yang menghadapi bullying dan masalah sosial lainnya. Artikel ini akan menjelajahi fenomena bullying di Jepang, serta memberikan wawasan tentang bagaimana “Lonely Castle in the Mirror” menjadi suara yang penting dalam memperjuangkan perubahan.
“Lonely Castle in the Mirror”
Berdurasi hampir dua jam, anime ini mengadaptasi novel Jepang tahun 2017 dari Mizuki Tsujimura. Meskipun berdurasi panjang, anime ini berhasil memanfaatkan waktu dalam prosesnya untuk menjahitkan kisah tentang tantangan dan trauma bagi anak remaja. Lonely Castle in the Mirror dibuka dengan seorang siswa SMP, Kokoro, yang tidak memiliki keinginan untuk terus bersekolah. Ketika cermin di kamarnya mulai berubah menjadi portal ke alam lain, Kokoro menyadari bahwa dirinya dibawa pergi ke kastil yang misterius. Bersama dengan tujuh siswa lain yang disatukan oleh gadis bertopeng misterius yang dikenal sebagai “Ratu Serigala” dari kisah Little Red Riding Hood.
Kelompok ini diberi tantangan untuk menemukan kunci di dalam kastil yang dapat mengabulkan permintaan apa pun. Namun jika keinginan tersebut terwujud, ketujuh anak tersebut akan melupakan pengalaman mereka bersama di kastil, tapi mereka akan dapat mengingat memori mereka tentang lokasi dunia lain jika mereka menolak keinginan tersebut. Dengan kemampuan untuk melintasi dimensi antara kastil dan kenyataan hidup mereka sendiri (dengan beberapa ketentuan), Kokoro dan keenam temannya mulai terikat selama berbulan-bulan, dengan kedekatan mereka di dalam kastil sering berfungsi sebagai solusi mereka untuk memproses ketidakamanan dan kesulitan di dunia nyata.
Bullying di Jepang
Bullying di Jepang merupakan masalah serius yang mempengaruhi anak-anak di berbagai tingkatan pendidikan. Sekolah-sekolah di Jepang sering kali menjadi tempat dimana bullying terjadi, baik secara fisik maupun secara verbal. Para korban bullying seringkali mengalami tekanan emosional yang berat, merasa terisolasi, dan kesulitan belajar akibat perlakuan yang tidak adil dari teman sekelas mereka.
Terlebih lagi, dalam budaya Jepang yang memiliki tekanan kuat terhadap konformitas dan prestasi akademik, anak-anak yang berbeda atau kurang mampu secara sosial atau akademik sering kali menjadi sasaran bullying. Masalah ini tidak hanya berdampak pada kesejahteraan emosional dan psikologis anak-anak, tetapi juga dapat mengganggu perkembangan dan pencapaian mereka dalam berbagai aspek kehidupan.
Tingginya tingkat bullying di Jepang menunjukkan perlunya tindakan yang serius dan komprehensif untuk mengatasi masalah ini. Pendidikan dan kesadaran tentang dampak buruk bullying harus menjadi fokus utama dalam upaya pencegahan dan penanggulangan.
Masalah Lain yang Dialami Anak Jepang
Selain bullying, masalah sosial lain yang dialami oleh anak-anak Jepang adalah kesepian. Kesepian dapat menjadi masalah yang serius dan berdampak negatif pada kesejahteraan mental dan emosional anak-anak. Di tengah budaya yang menekankan konformitas dan memiliki tingkat isolasi sosial yang tinggi, banyak anak Jepang merasa kesepian dan sulit menjalin hubungan yang bermakna dengan teman sebaya atau orang dewasa.
Tingginya tingkat kesepian di kalangan anak-anak Jepang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk tekanan akademik yang tinggi, perubahan sosial seperti urbanisasi dan keluarga terpisah, serta penggunaan teknologi yang berlebihan yang mengurangi interaksi sosial langsung. Anak-anak yang merasa kesepian seringkali mengalami kesulitan dalam mengungkapkan perasaan mereka dan mencari dukungan sosial.
Anime ini Diharapkan Memberi Harapan bagi Anak Jepang
Anime “Lonely Castle in the Mirror” diharapkan dapat memberikan harapan bagi anak-anak Jepang yang menghadapi masalah sosial, terutama bullying. Dalam cerita ini, para karakter menghadapi tantangan yang sulit dan menemukan pintu ajaib yang membawa mereka ke dunia fantasi. Melalui perjalanan mereka, mereka belajar untuk menghadapi ketakutan dan meraih keberanian untuk menghadapi kenyataan yang sulit.
Anime seperti ini memiliki potensi besar untuk menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi anak-anak Jepang yang mengalami kesulitan. Melalui cerita yang menarik dan karakter yang dapat diidentifikasi, anak-anak dapat merasa terhubung dan memperoleh pemahaman bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi masalah. Dengan melihat perjuangan dan pertumbuhan karakter dalam anime, anak-anak dapat merasa didorong untuk mencari solusi, membangun keberanian, dan mencari dukungan dari orang-orang di sekitar mereka.
Selain itu, anime ini juga dapat membuka dialog dan meningkatkan kesadaran tentang masalah sosial yang dihadapi anak-anak Jepang. Melalui representasi yang kuat dalam media populer, pesan-pesan tentang pentingnya menghormati perbedaan, mengatasi bullying, dan membangun hubungan yang sehat dapat tersebar luas dan mencapai masyarakat secara lebih efektif. Dengan demikian, anime “Lonely Castle in the Mirror” memiliki potensi untuk memberikan harapan dan menginspirasi anak-anak Jepang dalam menghadapi masalah sosial mereka, serta mendorong perubahan positif dalam masyarakat secara keseluruhan.
Anime ini memberikan tamparan pada masyarakat untuk lebih bersimpati terhadap persoalan anak dalam mengatasi masalah sosial disekitar mereka. Penting untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah bullying dan memberikan pendidikan yang tepat tentang pentingnya membangun budaya inklusif, saling menghormati, dan mempromosikan keterampilan sosial yang positif. Media seperti anime “Lonely Castle in the Mirror” memiliki peran penting dalam memberikan harapan, inspirasi, dan meningkatkan kesadaran tentang masalah sosial yang dihadapi anak-anak Jepang.
Dengan memahami dan mengatasi masalah bullying dengan serius, anak-anak Jepang dapat tumbuh dalam lingkungan yang sehat, mendapatkan pendidikan yang bermakna, dan merasa didukung oleh masyarakat mereka. “Lonely Castle in the Mirror” menjadi perwakilan penting dalam upaya menghadapi masalah ini, mengingatkan kita akan pentingnya memperhatikan dan membantu anak-anak yang mengalami kesulitan.
Baca juga Nina Kosaka Umumkan kelulusannya dari Nijisanji EN
Referensi:
animenewnetwork
gamerant