Great Pretender, Sukses Mengeksekusi Twist ala Penipu
Great Pretender, yang tadinya direncanakan untuk entry Summer Anime 2020 di Fuji TV, berhasil membawa angin segar ke periode akhir Spring Anime 2020 yang hampir hambar, dengan lebih awalnya mereka dirilis di streaming giant Netflix, walaupun hanya untuk region Jepang. Dengan membawa cerita layaknya sebuah film Hollywood, anime ini berhasil menarik banyak fans. Jadi, seperti apakah Great Pretender, dan sebagus apakah anime ini? Mari kita lihat.
Original Animation dengan cerita Hollywood
Merupakan original animation karya Wit Studio, anime ini disutradarai oleh Kaburagi Hiro (91 Days, Kimi ni Todoke) dan scriptnya ditulis oleh Kosawa Ryota (The Confidence Man JP). Character designnya sendiri merupakan karya Sadamoto Yoshiyuki, yang cukup dikenal untuk character design SUmmer Wars dan Ookami Kodomo. Terdiri dari 23 episode, cerita dalam anime ini disusun berdasarkan per-arc yang berjumlah 4-5 episode. Setiap arc tersebut biasanya memfokuskan dengan satu con yang dilaksanakan, berserta character arc salah satu tokoh utamanya. Dengan adanya balance dari kedua hal ini, Great Pretender berhasil menyajikan con story action dengan twist and turnnya, serta drama yang menarik mengenai karakternya.
Selain cerita, animasi yang disajikan beserta komponen yang lainnya, bisa dibilang catchy. Warna yang dipakai dalam anime ini cukup bright, dan kadang – kadang merefleksikan gaya tahun 1970an, jaman dimana film – film dengan tema ini cukup bersinar. Untuk gerakan objek dalam animasi ini sendiri menggabungkan gaya yang mengingatkan saya dengan Lupin the 3rd, walaupun masih ada stylistic anime jaman sekarang. Disupport dengan soundtrack yang catchy layaknya film – film Hollywood, Great Pretender bisa dibilang merupakan masterpiece yang brilian di masa gelap ini.
Great Pretender itu tentang apa?
Great Pretender adalah penganimasian cerita bergenre con artist yang biasa ada di film – film Hollywood. Secara simple, anime series ini menceritakan tentang sekelompok penipu, seperti contohnya Ocean Eleven maupun Catch Me If You Can. Ceritanya sendiri berfokus pada Edamura Makoto, yang oleh anggota kelompok penipu ini sering dipanggil dengan ledekan Edamame. Edamura di awal episode terlihat sebagai seorang tukang tipu jalanan, yang sering menipu dengan menjual barang murah dengan harga tinggi. Dirinya sendiri mengklaim bahwa ia adalah con-man (penipu) nomor satu di Jepang, sampai akhirnya ia bertemu dengan Laurent Thierry, seorang Con Artist kawakan asal Perancis.
Dengan sebuah trick dan twist yang kompleks, Laurent berhasil membuat Edamura mengikutinya ke Los Angeles, di mana con besar pertama mereka dilakukan. Walaupun berhasil melakukan penipuan tersebut, Edamura yang mengingat kenangan ibunya dan alasan mengapa ia menjadi con-artist, mundur dari dunia tipu menipu. Tentunya, Laurent yang yakin akan kemampuannya terus mencoba mendapatkan Edamura untuk menjadi anggota tim-nya, sehingga berlanjutlah petualangan para penipu ini.
Impression
Con Artist sebagai genre dalam crime story, adalah sebuah gaya cerita yang selalu menarik untuk diikuti, namun sulit untuk dibuat benar. Salah dalam mengeksekusi cerita dalam genre ini akan membuat cerita dengan premis sebagus apapun menjadi membosankan, dan ini biasanya terkait dengan tempo. Pengeksekusian sebuah con story adalah layaknya sebuah magic show, ada preparation, build up, dan twist. Benar dalam tempo pelaksanaannya, dan banyak penonton akan ketagihan. Jepang, biasanya kurang ahli dalam melakukan cerita con artist, sehingga tentunya saya pesimis saat pertama kali menontonnya.
Namun, untuk Great Pretender sendiri, Kozawa Ryota (Legal High, The Confidence Man JP) sebagai penulis scriptnya berhasil menuliskan cerita yang menyerupai con movie Hollywod. Ditambah dengan eksekusi yang dilakukan para pembuat anime ini sangat spot-on, sehingga efek nagih yang saya sebut sebelumnya itu berhasil didapatkan oleh para penonton. Ini tidak mengada-ada karena banyaknya fans yang menyayangkan bahwa walaupun Netflix merilis setiap episode dalam 1 arc secara bersamaan, namun kurangnya sub non-Japanese, membuat fans luar Jepang tetap harus menunggu dan kadang membuat kesal, walaupun jeda yang ada hanyalah 1-2 hari untuk kelengkapannya.
So bagaimana Mobidachi? Berapa banyak dari kalian yang sudah menonton anime ini? Berapa banyak juga dari kalian yang menonton hanya untuk melihat kucing – kucing di ending animation pada tiap episodenya? Lalu, bagaimana penyelesaian anime ini nantinya? Kalau kalian ingin tahu, langsung saja baca mengenai arc terakhir mereka di “Wizard of Far East” dan temukan lagi kejutan lainnya.